Rabu, 17 November 2010

nabi sulaiman as

Kisah Sulaiman dengan Jin dan Binatang

Nabi Sulaiman dianugerahkan Allah kebijaksanaan sejak remaja. Ia juga memiliki berbagai keistimewaan, termasuk mampu berbicara, memahami dan memberi arahan terhadap jin dan hewan sehingga semua makhluk itu mengikuti kehendaknya.
Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah memberikan ilmu kepada Daud dan Sulaiman dan keduanya mengucapkan; segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dan banyak hambanya yang beriman. Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata; Wahai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya semua ini benar-benar satu anugerah yang nyata.”
Kebijaksanaan Sulaiman dapat dilihat melalui berbagai peristiwa yang dilaluinya. Misalnya, beliau coba mengetengahkan ide kepada bapaknya, Nabi Daud a.s bagi menyelesaikan perselisihan antara dua pihak, yaitu antara pemilik kebun dan pemilik kambing.
Walaupun ketika itu usianya masih muda, pendapatnya bernas. Mulanya Nabi Daud memutuskan pemilik kambing supaya menyerahkan ternaknya kepada pemilik kebun sebagai ganti rugi disebabkan ternaknya memasuki dan merusakkan kebun itu. Sulaiman yang mendengar keputusan bapaknya menyelanya: “Wahai bapakku, menurut pandanganku, keputusan itu sepatutnya berbunyi; kepada pemilik tanaman yang telah musnah tanaman diserahkanlah kambingnya untuk dipelihara, diambil hasilnya dan dimanfaatkan bagi keperluannya. “Manakala tanamannya yang binasa itu diserahkan kepada pemilik kambing untuk dijaga sehingga kembali kepada keadaan asal. Kemudian masing-masing menerima kembali miliknya, sehingga dengan cara demikian masing-masing pihak tidak ada yang mendapat keuntungan atau menderita kerugian lebih daripada sepatutnya.” Pendapat yang dikemukakan Sulaiman disetujui kedua pihak. Malah khalayak ramai yang menyaksikan perbicaraan itu kagum dengan kebolehan beliau menyelesaikan perselisihan terbabit.
Bertitik tolak daripada peristiwa itu, kewibawaan Sulaiman semakin tersebar dan ia juga sebagai bibit permulaan kenabian Sulaiman. Melihat kecerdasan akal yang ditonjolkannya itu, Nabi Daud menaruh kepercayaan dengan mempersiapkannya sebagai pengganti dalam kerajaan Bani Israel. Namun, abangnya Absyalum tidak merelakan beliau melangkah lebih jauh dalam hiraki pemerintahan itu, malah mendakwa dia yang sepatutnya dilantik sebagai putera mahkota kerana Sulaiman masih muda dan tidak berpengalaman. Absyalum mau mendapatkan tahta itu dari bapak dan adiknya. Justru, dia mulai menunjukkan sikap baik terhadap rakyat, dengan segala masalah mereka ditangani sendiri dengan segera, membuatkan pengaruhnya semakin meluas.
Sampai satu ketika, Absyalum mengistiharkan dirinya sebagai raja, sekaligus merampas kekuasaan bapaknya sendiri. Tindakannya itu mengakibatkan huru-hara di kalangan Bani Israel. Melihatkan keadaan itu, Nabi Daud keluar dari Baitul Maqdis, menyeberangi Sungai Jordan menuju ke Bukit Zaitun. Tindakannya itu semata-mata mau mengelakkan pertumpahan darah, namun Absyalum dengan angkuh memasuki istana bapanya. Di Bukit Zaitun, Nabi Daud memohon petunjuk Allah supaya menyelamatkan kerajaan Bailtul Maqdis daripada dimusnahkan anaknya yang durhaka itu. Allah segera memberi petunjuk kepada Nabi Daud, yaitu memerangi Absyalum. Namun, sebelum memulai peperangan itu, Nabi Daud berpesan kepada tentaranya supaya tidak membunuh anaknya itu, malah jika boleh ditangkap hidup-hidup. Bagaimanapun, kuasa Allah melebihi segalanya dan ditakdirkan Absyalum mati juga kerana dia mau bertarung dengan tentara bapaknya.
Kemudian, Nabi Daud kembali ke Baitul Maqdis dan menghabiskan sisa hidupnya selama 40 tahun di istana itu sebelum melepaskan takhta kepada Sulaiman. Kewafatan Nabi Daud memberikan kuasa penuh kepada Nabi Sulaiman untuk memimpin Bani Israel berpandukan kebijaksanaan yang dianugerah Allah. Ia juga dapat menundukkan jin, angin dan burung, sehingga dapat disuruh melakukan apa saja, termasuk mendapatkan tembaga dari perut bumi untuk dijadikan perkakasan.
Firman Allah bermaksud: “Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman yang perjalanannya pada waktu petang, sama dengan perjalanan sebulan dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian daripada jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpan antara mereka daripada perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.

 Ratu Balqis tunduk kepada Sulaiman
Setelah membangunkan Baitul Muqaddis, Nabi Sulaiman menuju ke Yaman. Tiba di sana, disuruhnya burung hud-hud (sejenis pelatuk) mencari sumber air. Tetapi burung berkenaan tiada ketika dipanggil. Ketiadaan burung hud-hud menimbulkan kemarahan Sulaiman. Selepas itu burung hud-hud datang kepada Nabi Sulaiman dan berkata: "Aku telah terbang untuk mengintip dan terjumpa suatu yang sangat penting untuk diketahui oleh tuan..."
Firman Allah, bermaksud: "Maka tidak lama kemudian datanglah hud-hud, lalu ia berkata; aku telah mengetahui sesuatu, yang kamu belum mengetahuinya dan aku bawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.
"Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah..."
Mendengar berita itu, Nabi Sulaiman mengutuskan surat mengandungi nasihat supaya menyembah Allah kepada Ratu Balqis. Surat itu dibawa burung hud-hud dan diterima sendiri Ratu Balqis. Selepas dibaca surat itu, Ratu Balqis menghantarkan utusan bersama hadiah kepada Sulaiman. Dalam al-Quran diceritakan: "Tatkala utusan itu sampai kepada Nabi Sulaiman, seraya berkata; apakah patut kamu menolong aku dengan harta?
"Sesungguhnya apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikannya kepadamu, tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.
"Kembalilah kepada mereka, sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mampu melawannya dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi tawanan yang tidak berharga."
Utusan itu kembali ke negeri Saba dan menceritakan pengalaman yang dialami di Yaman kepada Ratu Balqis, sehingga dia berhajat untuk berjumpa sendiri dengan Sulaiman. Keinginan Ratu Balqis untuk datang itu diketahui Nabi Sulaiman terlebih dulu. Beliau segera memerintahkan seluruh tentaranya yang terdiri dari manusia, hewan dan jin untuk membuat persiapan bagi menyambut kedatangan Ratu Balqis. Nabi Sulaiman kemudian menitahkan untuk memindahkan singasana Ratu Balqis ke istana beliau. Adalah Ashif bin Barqoyya dari golongan manusia menyanggupi untuk melaksanakan titah tersebut dengan kecepatan angin. Ifrit dari golongan jin, menyanggupi untuk membawa singasana itu bahkan sebelum mata menutup ketika berkejap. Begitulah akhirnya singgasana Ratu Balqis dibawa oleh Ifrit ke dalam istana Nabi Sulaiman lebih cepat dari kejapan mata. Manakala Ratu Balqis tiba, ia ditanya oleh Sulaiman: "Seperti inikah singgahsanamu?" Dengan terperanjat, Ratu Balqis menjawab: "Ya, memang sama apa yang seperti singgahsanaku" Kemudian Ratu Balqis dipersilakan masuk ke istana Nabi Sulaiman. Namun, ketika berjalan di istana itu, sekali lagi Ratu Balqis terpedaya, karena menyangka lantai istana Sulaiman terbuat dari air, sehingga ia menyingkap kainnya.
Firman Allah yang bermaksud: Dikatakan kepadanya; masuklah ke dalam istana. Maka tatkala dia (Ratu Balqis) melihat lantai istana itu, dikiranya air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya.
Berkatalah Sulaiman; "sesungguhnya ia istana licin yang diperbuat daripada kaca". Berkatalah Balqis; "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman dan kepada Allah, Tuhan semesta alam."
Peristiwa itu menyebabkan Ratu Balqis berasa sangat aib dan menyadari kelemahannya, sehingga dia memohon ampun atas kesilapannya selama ini dan akhirnya dia diperisterikan oleh Nabi Sulaiman.

Kewafatan Baginda

Kisah Sulaiman dan tentaranya yang terdiri daripada manusia, hewan dan jin dalam menjalankan dakwah Allah terhadap Ratu Balqis. Kematian beliau berlainan dengan manusia biasa. Nabi Sulaiman wafat dalam keadaan duduk di kerusi, dengan memegang tongkat sambil mengawasi dan memperhatikan jin yang bekerja.
Firman Allah: "Tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka setelah kematiannya itu melainkan rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, nyatalah bagi jin itu bahawa sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam seksa yang menghinakan."

KISAH NYATA NABI IBRAHIM A.S.

Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S.Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang pd waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud bin Kan'aan."
Kerajaan Babylon pd masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang mahupun pandangan serta saranan-saranan yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mrk.Akan tetapi tingkatan hidup rohani mrk masih berada di tingkat jahiliyah. Mrk tidak mengenal Tuhan Pencipta mrk yang telah mengurniakan mrk dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mrk adalah patung-patung yang mrk pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.

Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak.Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dpt dilanggar atau di tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup yang berlebuh-lebihanyang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela menyembah patung-patung yang terbina dari batu yang tidal dpt memberi manfaat dan mendtgkan kebahagiaan bagi mrk, mengapa bukan dialah yang disembah sebagai tuhan.Dia yang dpt berbicara, dapat mendengar, dpt berfikir, dpt memimpin mrk, membawa kemakmuran bagi mrk dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dpt mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang mulia. di samping itu semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.

Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calun Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya,jauh-jauh telah diilhami akal sihat dan fikiran tajam serta kesedaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan kecetekan fikiran dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus dibanteras dan diperangi agar mrk kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.

Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan brg-brg itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:" Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini? "

Nabi Ibrahim Ingin Melihat Bagaimana Makhluk Yang Sudah
Mati Dihidupkan Kembali Oleh Allah

Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan
hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin esekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.Berserulah ia kepada Allah: " Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."Allah menjawab seruannya dengan berfirman:Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."

Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain.

Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah YAng Maha Berkuasa dpt menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki " Fayakun".

Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya

Aazar, ayah Nabi Ibrahim tidak terkecuali sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala bah ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan drpnya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan.
Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyedarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh.Beliau merasakan bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia dtg kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dpt mendtgkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran syaitan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mrk rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.

Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yyang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam maki hamun seakan-akan tidak ada hunbungan diantara mereka. IA berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: " Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku.Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."

Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seray berkaat: " Oh ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku utkmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih dan prihati karena tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.

Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala

Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyedarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya

Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mrk anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mrk sudah tidak berdaya menilak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mrk maka dalil dan alasan yang usanglah yang mrk kemukakan iaitu bahwa mrk hanya meneruskan apa yang oleh bapa-bapa dan nenek moyang mrk dilakukan dan sesekali mrk tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mrk warisi.

Nabi Ibrahim pd akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala batu dan yang tidak mahu menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mrk tidak akan menyimpang dari cara persembahan nenek moyang mrk, walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan berkali-kali bahwa mrk dan bapa-bapa mrk keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis.
Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mrk lihat dengan mata kepala mrk sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mrk betul-betul tidak berguna bagi mrk dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap tahun mrk keluar kota beramai-ramai pd suatu hari raya yang mrk anggap sebagai keramat. Berhari-hari mrk tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup. Mrk bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mrk kosong dan sunyi. Mrk berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mrk merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mrk bila ia turut serta.

" Inilah dia kesempatan yang ku nantikan," kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek:" Mengapa kamu tidak makan makanan yang lazat yang disaljikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu."
Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.

Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mrk hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub: "Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mrk ini?" Berkata salah seorang diantara mrk:" Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata:" Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya selidik, akhirnya terdpt kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mrk. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.

Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan.
Hari pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.

Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan persembahan mrk.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:" Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab:" Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya." Para hakim penanya terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan berbisik-bisik, seakan-akan Ibrahim yang mengandungi ejekan itu. Kemudian berkata si hakim:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Tibalah masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim,maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan persembahan mrk,yang mrk pertahankan mati-matian, semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu:" Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sihat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu."

Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya iut, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:" Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , jika kamu benar-benar setia kepadanya."

Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup

Keputusan mahkamah telah dijatuhakan.Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mrk yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.

Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mrk. Di antara terdapat para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin.
Setelah terkumpul kayu bakar di lanpangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksan sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya wap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim didtgkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:" Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."

Sejak keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.

Para penonton upacara pembakaran hairan tercenggang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi abu itu dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berda seperti biasa, tidak ada tanda-tanda sentuhan api sedikit jua pun. Mereka bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan hairan seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang ajaib itu berlaku, padahal menurut anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah nyata mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah.Ada sebahagian drp mrk yang dalam hati kecilnya mulai meragui kebenaran agama mrk namun tidak berani melahirkan rasa ragu-ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mrk merasa kecewa dan malu, karena hukuman yang mrk jatuhkan ke atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mrk merasa malu kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.

Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mrk dan membuka mata hati banyak drp mrk untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang drp mrk yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim.

Selasa, 16 November 2010

Islamic caliphate

Islamic caliphate

    
    Caliph Al-Rasyidin or Khulafa'ur Rasyidin is the first four caliphs in the Sunni Islamic tradition, as a substitute Muhammad, seen as a leader who receive guidance and exemplary. They were all close companions of the Prophet Muhammad SAW, and forwarding their leadership is not based on descent, something that later became characteristic of the Caliphate selanjutnya.Sistem election to each caliph is different, this happens because the companions of the Prophet Muhammad's assume that does not provide clear instructions about his successor, which was rejected by the Shiites. According to Shiites, Muhammad was clearly designate his successor was Ali ibn Abi Talib in accordance with the hadith of Ghadir Khum.
Khulafah Rasyidin
Progress Period of Islam (650-1000 AD) - the Khilafah Rasyidah
Rasyidah Khilafah is the leader of Muslims after the Prophet Muhammad's death, namely in the reign of Abu Bakr, Umar ibn Khattab, Uthman ibn Affan and Ali ibn Abi Talib, Radhiallahu Ta'ala anhu ajma'in where the system of government that is applied is an Islamic government because berundang-legislated by the Qur'an and Sunnah.
Prophet Muhammad sallallaahu 'alaihi wasallam did not leave wills over who will replace him sallallaahu' alaihi wasallam as a political leader of Muslims after he sallallaahu 'alaihi wasallam passed away. He sallallaahu 'alaihi wasallam issue appears to surrender to the Muslims themselves to decide. That's why, shortly after he sallallaahu 'alaihi wasallam passed away; not to mention his remains are buried, some immigrants and Ansar leaders gathered at the town hall Bani Sa'idah, Medina. They deliberate on who will be elected as a leader. Deliberation was going pretty tough because each party, both immigrants and the Ansar, both feel entitled to be a leader of Muslims. However, with high spirit ukhuwah Islamiyah, finally, Abu Bakr Radhiallahu 'anhu elected. Apparently, the religious spirit of Abu Bakr Radhiallahu 'anhu got high appreciation from Muslims, so that each party receives and membaiatnya.Sebagai leader of Muslims after the Prophet, Abu Bakr Radhiallahu' anhu called Caliph Rasulillah (Substitute the Apostle of Allah), which in the subsequent development Just called the caliphate. Caliph is appointed leader after the Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam died to replace him sallallaahu' alaihi wasallam resume duties as a religious leader and head of government.
Abu Bakr Radhiallahu 'anhu became caliph only two years. In 634 CE he died. Such a short period out to solve domestic problems, especially the challenges caused by the Arab tribes who do not submit again to the government of Medina after the death of Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam. They assume that the agreements made by the Prophet Muhammad sallallaahu 'alaihi wasallam, by itself canceled after the Prophet sallallaahu' alaihi wasallam passed away. They therefore opposed Abu Bakr Radhiallahu 'anhu. Because of stubbornness and opposition that could jeopardize their religion and government, Abu Bakr Radhiallahu 'anhu resolve this issue with the so-called Riddah War (the war against apostasy). Khalid ibn Al-Walid Radhiallahu 'anhu was the commander of many instrumental in ini.Nampaknya Riddah War, the powers that run at the time of Caliph Abu Bakr Radhiallahu' anhu, as at the time of the Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam, is central: the legislative, executive and judiciary concentrated in the hands of the caliph. In addition to running the wheels of government, the Caliph also implement the law as stated in the Qur'an and Sunnah. Even so, as well as the Prophet Muhammad sallallaahu 'alaihi wasallam, Abu Bakr Radhiallahu' anhu always invite the friends of the bermusyawarah.Setelah finish the war in domestic affairs, then Abu Bakr Radhiallahu 'anhu send power out of Arabia. Khalid ibn Walid Radhiallahu 'anhu sent to Iraq and to control the area of al-Hirah in the year 634 AD To Syria sent an expedition under the leadership of four commanders, Abu Ubaidah Ibn Jarrah, Amr Ibn 'Ash, Yazid ibn Abi Sufyan and Syurahbil Radhiallahu Ta'ala anhu ajma'in. Previously, troops led by Usamah ibn Zaid Radhiallahu 'anhu who were aged 18 years. To reinforce these soldiers, Khalid ibn Walid Radhiallahu 'anhu was ordered to leave Iraq, and through the desert that is rarely served, when he came to Abu Bakr Syria.Pada Radhiallahu' anhu passed away, while the front row of the Islamic forces are threatening the Palestinians, Iraq, and Hirah kingdom. He was replaced by "right hand" her, Umar ibn al-Faruq Khatthab Radhiallahu 'anhu. When Abu Bakr Radhiallahu 'anhu pain and felt his end was near, he consulted with the leaders of friends, then lift Umar ibn Khatthab Radhiallahu' anhu as his successor in order to prevent possible disputes and divisions among Muslims. Wisdom of Abu Bakr Radhiallahu 'anhu was accepted by the community which soon turned out to be rollicking allegiance Radhiallahu Umar' Abd-Allaah. Radhiallahu Umar 'Abd-Allaah Rasulillah called himself caliph (successor of the Prophet). He also introduced the term Amir al-Mu'minin (high-ranking people who believe). In an age Radhiallahu Umar 'Abd-Allaah wave expansion (expansion of regional power), first place; Syrian capital, Damascus, fell by 635 M and a year later, after defeated the Byzantine army at the battle of Yarmuk, the whole region of Syria fell under Muslim rule. By using Syria as a base, continued expansion into Egypt under the leadership of 'Amr ibn' Ash Radhiallahu 'anhu and to Iraq under the command of Sa'ad ibn Abi Waqqash Radhiallahu' anhu. Alexandria / Alexandria, the capital of Egypt, was conquered in 641 AD Thus, Egypt fell under Muslim rule. Al-Qadisiyah, a town near Hirah in Iraq, fell in the year 637 AD From there proceed to attack the capital of Persia, al-Madain who fell in that year. In the year 641 AD, Moshul can be mastered. Thus, during the leadership of Umar Radhiallahu 'anhu, the Islamic empire already includes the Arabian Peninsula, Palestine, Syria, large parts of Persia, and Mesir.Karena rapid regional expansion, Umar Radhiallahu' anhu immediately regulate the state administration with the example of administrative has developed mainly in Persia. Arranged into eight administrative provinces region: Makkah, Madinah, Syria, Peninsula Basra, Kufa, Palestine, and Egypt. Some departments are deemed necessary to set up. In his time began regulated and disciplined system of salary payments and land tax. The court was established in order to separate the judiciary by the executive. To maintain security and order, the police department was formed. Similarly, the public works department. Umar also established the Bait al-Mal, forged currency, and a year hijiah.Umar Radhiallahu 'anhu ruled for ten years (13-23 H/634-644 M). His term ended with the death. He was killed by a Zoroastrian, the slave of the Persian named Abu Lu'lu'ah. To determine his successor, Umar Radhiallahu 'anhu did not take the road that made Abu Bakr Radhiallahu' anhu. He pointed to six friends and asked them to choose one of them became caliph. Six people were Usman, Ali, Talha, Zubair, Sa'd ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn 'Awf Radhiallahu ajma'in Ta'ala anhu. After Omar Radhiallahu 'anhu died, team deliberation and successfully appointed Uthman Radhiallahu' anhu as caliph, through a rather rigorous process by Ali ibn Abi Talib Radhiallahu 'Uthman's reign Radhiallahu anhu.Di Anhu (644-655 AD), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, and the remaining part of Persia, Transoxania, and Tabaristan been won. The first Islamic expansion stopped at sini.Pemerintahan Usman Radhiallahu 'anhu lasted for 12 years, in the last half of the kekhalifahannya appear dissatisfied and disappointed feelings among the Muslims against him. Leadership Uthman Radhiallahu 'anhu was very different from the leadership of Umar Radhiallahu' anhu. This is because of slander and incitement of Abdullah bin Saba 'Al-Yamani, a Jew who pretended to convert to Islam. Ibn Saba 'was fond of moving from one place to another to spread the slander to the new future of the Muslims who become Muslim. Finally, in years 35 H/1655 M, Uthman Radhiallahu 'anhu was killed by the rebels that consists of people who successfully instigated by Abdullah bin Saba' was.
One of the factors that cause many people think of the leadership of Uthman berburuk Radhiallahu 'anhu is the discretion raise a family in a high position. The most important of which is to Marwan ibn Hakam Rahimahullah. He is basically regarded by these people who run the government, while Uthman Radhiallahu 'anhu only the title of Caliph. After many family members who sit in important positions, Usman Radhiallahu 'anhu like a doll in front of her relatives were. He can not do much and too weak to his family. He also does not expressly subordinate to the error. State property, by relatives to be distributed without controlled by Usman Radhiallahu 'anhu own. It is all due to the slander sown by Abdullah bin Saba '. And Uthman Radhiallahu' anhu the most meritorious to build dams to keep the flow of large floods and regulate the distribution of water to cities. He also built roads, bridges, mosques and expand the mosque of the Prophet in Madinah.Setelah Uthman Radhiallahu 'anhu died, rollicking community allegiance Ali ibn Abi Talib Radhiallahu' anhu as caliph. Ali Radhiallahu 'anhu reigned only six years old. During his reign, he faced many upheavals. There is no period at all in his administration that can be said to be stable. Having served the caliph, Ali Radhiallahu 'anhu to disable the governors who are appointed by Uthman Radhiallahu' anhu. He believes that the revolts occurred because of their negligence. He also pulled back the land awarded Radhiallahu Uthman 'anhu to residents by handing over the results of its revenue to the state, and wearing an annual tax return system of distribution among the Islamic people as never applied Radhiallahu Umar' Abd-Allaah.

Not long after that, Ali ibn Abi Talib Radhiallahu 'anhu faced a revolt Talha, Zubair and Aisha. Their reasons, Ali Radhiallahu 'anhu did not want to punish the killers of Uthman Radhiallahu' anhu, and they avenge the blood of Uthman Radhiallahu 'anhu that has been shed in zhalim. Ali Radhiallahu 'anhu really wanted to avoid war. He sent a letter to Talha and Zubair Radhiallahu 'anhu ajma'in for both of them want to negotiate to resolve this matter peacefully. But the invitation was rejected. Finally, a fierce battle was raging. This war is known as the War of Jamal (Camel), because Aisha Radhiallahu 'anha in the fighting on camels, and managed to beat his opponent. Zubair and Talha were killed, while Aisha Radhiallahu 'anha taken prisoner and sent back to Medina.
At the same time, policies Ali Radhiallahu 'anhu also resulted in the emergence of resistance from the governors in Damascus, Mu'awiyah Radhiallahu' anhu, who is supported by a number of former high officials who feel lost position and glory. Having succeeded in quelling the rebellion Zubair, Talha and Aisha, Ali Radhiallahu 'anhu moved from Kufa to Damascus with a large number of soldiers. His forces met with troops Mu'awiyah Radhiallahu 'anhu in Shiffin. The fighting occurred here, known by the name of war shiffin. This war ended with tahkim (arbitration), but tahkim did not solve the problem, even causing the third group, al-Khawarij, people are out of line Ali Radhiallahu 'anhu. As a result, at the end of the reign of Ali bin Abi Talib Radhiallahu 'anhu Muslims split into three political forces, namely Mu'awiyah, Shiites (the followers of Abdullah bin Saba' al-jews) that infiltrate the line of soldiers Ali Radhiallahu 'anhu, and al-Khawarij (people who are out of line Ali). This situation is not favorable Ali Radhiallahu 'anhu. The emergence of al-Khawarij group led his army is getting weaker, while the position of Mu'awiyah Radhiallahu 'anhu stronger. On 20 Ramadan 40 H (660 M), Ali Radhiallahu 'anhu was killed by a member of Abdullah bin Muljam Khawarij.
Position as caliph then occupied by his son al-Hasan bin Ali Radhiallahu 'anhuma for several months. However, because of al-Hasan Radhiallahu 'anhuma want peace and avoid bloodshed, then al-Hasan Radhiallahu' anhuma submit a derived Caliphate to Mu'awiyah Radhiallahu 'anhu. And finally surrender this power to unite the Muslims back in the political leadership, under Mu'awiyah ibn Abi Sufyan Radhiallahu 'anhu. On the other hand, it also causes Mu'awiyah handover Radhiallahu 'anhu became absolute ruler in Islam. Year 41 AH (661 AD), the year of unity, known in history as the year jama'ah ('am jama'ah)! Thus ended the period known as the Khulafa'ur Rasyidin, and began the Umayyad power in the political history of Islam.
When the vast Islamic empire. The expansion into countries that are very far from the center of power in no more than half a century, is a stunning victory of a nation that never before have sufficient political experience. The factors that lead to such rapid expansion include:

1. Islam, as well as a doctrine governing man's relationship with God, religion is also concerned about the formation of society.
2. In the chest the companions, a thick embedded beliefs about the obligations of Islamic teachings calling (da'wah) to the whole world. The missionary spirit that united to form a unity within the Muslim community.
3. Byzantium and Persia, two forces that control the Middle East at the time, began to enter a period of decline and weakness, either because of frequent wars between them and because of the problems in their own countries.
4. Conflicts of religion in the territory of the Byzantine flow resulting in a loss of religious freedom for the people. People are not happy because the party imposing royal dianutnya flow. They are also not happy because of higher taxes for the cost of the war against Persia.
5. Islam came to the areas he had entered with a sympathetic and tolerant attitude, do not force people to change their religion to Islam.

6. Sami peoples in Syria and Palestine and the Hami in Egypt saw the Arabs closer to them than the Europeans, the Byzantines, who ruled them.
7. Egypt, Syria and Iraq is a rich regions. Wealth is helping the Islamic rulers to finance expansion into more remote areas.

Starting from the period of Abu Bakr came to Ali Radhiallahu Exalted anhum ajma'in Rasyidah called Caliphate period. The khalifahnya called al-Khulafa 'al-Rasyidun, (caliphs who receive guidance.) Feature of this period is truly the caliphs of the Prophet according to the model. They were selected through a process of deliberation, that the term is now called democratic. After this period, the Islamic government in the form of the kingdom. Power passed from generation to generation. In addition, a caliph caliphate during Rasyidah, never act alone when countries are facing difficulties; They are always consulted with other dignitaries. While the authoritarian rulers often acted afterward. lillahi wa inna inna ilaihi raaji'uun.

Abu Bakr
Become Caliph

       During the Prophet pain just before his death, said that Abu Bakr was appointed to be priests pray to replace, many consider this as an indication that Abu Bakr would take his place. Soon after his death (632), conducted consultation among the leaders of the Ansar and immigrants in Medina, which eventually resulted in the appointment of Abu Bakr as the new leader of the Muslims or the Islamic caliphate.
What happens when deliberation is a source of debate. The appointment of Abu Bakr as caliph is a very controversial subject and a source of the first schism in Islam, where Muslims are divided into Sunnis and Shiites. On one side of the Shiites believe that Ali ibn Abi Talib should (in-law of Prophet Muhammad) which becomes the leader and it is believed this is the decision of the Prophet Muhammad himself while the Sunni argued that the Prophet Muhammad refused to appoint his successor. The Sunni argued that the Messenger of consensus to forward the appointment pemimpin.sementara Shiite Muslims argue that the Messenger of Allah in the smallest things like before and after eating, drinking, sleeping, etc., never die without the guidance and the guidance of his people let alone the problem of leadership race terahir . and also many hadiths in Sunni and Shia over who caliph after the death of the Messenger of Allah, and the number of Islamic leaders and twelve. Regardless of the controversy and the truth of an opinion of each of these, Ali himself formally declaring his loyalty (berbai'at) to the two caliphs Abu Bakr and afterwards (Umar ibn Khattab and Uthman ibn Affan). The Sunni describe this statement as a statement that Ali became enthusiastic and loyal supporters of Abu Bakr and Umar. While the Shiite illustrates that Ali did baiat the pro forma, since he berbaiat after after the death of his wife Fatimah the months and months and after that he showed himself from the protest by closing public life.


Umar bin Khattab  
Become Caliph

     
During the reign of Umar, the rule of Islam is growing very rapidly. Islam took over Mesopotamia and Persia from the hands of some of the Persian Sassanid dynasty (which ended the Sassanid empire) and take over Egypt, Palestine, Syria, North Africa and Armenia from the Roman Empire (Byzantium).
History records many great battle that became the beginning of this conquest. In the battle of Yarmuk, which took place near Damascus in 636, 20 thousand Muslim troops defeated the Roman troops who reached 70 thousand and an end to Roman rule in southern Asia Minor. Other Islamic forces in small numbers to get the victory over Persian forces in greater numbers in the battle Qadisiyyah (636 th), near the river Euphrates. In that battle, namely the Islamic army generals Sa `ad ibn Abi Waqqas defeated Sassanid troops and managed to kill the famous Persian general, Rustam Farrukhzad.
In the year 637, after a long siege of Jerusalem, the Muslims finally take over the city. Omar is given a key to enter the city by the pastor Sophronius and invited to pray in the church (Church of the Holy Sepulchre). Umar chose to worship elsewhere so as not to endanger the church. 55 years later, the Mosque of Omar founded the place he prayed.
Omar did a lot of administrative reform and control of the close of public policy, including building an administrative system for the newly conquered areas. He also ordered the convening of the census in the entire territory of Islam. Year 638, he was ordered to expand and renovate the Grand Mosque in Mecca and the Prophet's Mosque in Medina. He also began the process of codification of Islamic law.
Omar is known from simple lifestyle, rather than adopt the lifestyle and appearance of the rulers in those days, he remained very simple life.
In about the year to 17 Hijri, the fourth year kekhalifahannya, Omar decreed that the Islamic calendar should begin to be calculated when the event moved.



Ali ibn Abi Talib
As caliph

        Events of the murder of Caliph Uthman ibn Affan crunch resulted in the entire Islamic world that it was already stretched to Persia and North Africa. Rebels who was master of Medina has no choice but to Ali ibn Abi Talib as the caliph, Ali tried to deny that time, but bin Zubair bin Ubaidillah Talhah Awwam and forcing him, and eventually Ali received bai'at them. Making the sole Caliph Ali who dibai'at in bulk, because the previous caliphs chosen through different means.

As the 4th Caliph who ruled for about 5 years. His reign was inherited disorder that occurs when the government's previous Caliph, Uthman ibn Affan. For the first time a civil war between Muslims occurred during his reign, Jamal War. Ali-led army of 20,000 men against 30,000 troops led Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, and Umm al mu'minin Aisha bint Abu Bakr, the Prophet's widow. The war was won by Ali.

Events Caliph Uthman ibn Affan killings which, according to various circles at that time not be completed because the slander is already widespread and has hinted (will happen) by the Prophet Muhammad when he was alive, and made worse by stirring up of dissidents who have since the time of Uthman bin Affan, causing divisions among the Muslims that led to war. Not only finished there, prolonged conflicts occur until the end of his reign. Shiffin a debilitating war kekhalifannya also started from the problem.

Ali ibn Abi Talib, a person who has a proficiency in the field of military and war strategy, had difficulty in the administration of the country because of the incredible mess left by the previous government. He died at the age of 63 years for murder by Abdrrahman bin Muljam, someone who comes from a class of Khawarij (dissidents) when mengimami morning prayer in the mosque of Kufa, on the 19th of Ramadan, and Ali's last breath on 21 Ramadan years 40 AH. Ali was buried secretly in Najaf, even some history stating that he was buried elsewhere.