Rabu, 01 Desember 2010
novel toto chan
Sebagai seorang gadis cilik dengan segudang rasa ingin tahu, Totto-chan sering bertingkah laku aneh di sekolah. Mulai dari membuka tutup laci mejanya, hingga memanggil penyanyi jalanan, dan bahkan berdiri berjam-jam di depan jendela selama pelajaran berlangsung untuk berbicara pada burung walet! Gurunya tidak tahan lagi dengan tingkah laku Totto-chan dan akhirnya mengeluarkan dirinya dari sekolah. Saat itu Totto-chan masih berada di kelas 1 sehingga ibunya yang bijak memutuskan untuk tidak memberi tahu Totto-chan kalau ia telah dikeluarkan dari sekolah. Sebaliknya, ibu Totto-chan menemukan sebuah sekolah yang sangat cocok dengan anaknya. Nama sekolah itu adalah Tomoe Gakuen. Sekolah unik ini dikepalai oleh Sosaku Kobayashi, dengan metode pengajaran yang jauh berbeda dengan sekolah konvensional saat itu. Sekolah Tomoe mengedepankan rasa ingin tahu anak dan ada beragam hal menarik di sana, mulai dari kelas yang berupa gerbong kereta api, kebun yang indah, sampai metode pengajaran di mana para siswa dapat memilih pelajaran apa yang ingin mereka pelajari hari ini secara individual! Ya, setiap siswa dari satu kelas dapat memiliki aktivitas yang berbeda-beda, dengan minat yang berbeda pula, tapi semangat mereka begitu menggebu-gebu untuk mempelajari sesuatu. Namun sayangnya sekolah itu tidak dapat bertahan lama, sebuah bom meratakan sekolah itu dengan tanah. Saat itu Perang Pasifik telah pecah, dan pada saat itu sang kepala sekolah, Sosaku Kobayashi, berdiri tegar menatap terbakarnya sekolah yang dibuat dari uang pribadinya sendiri. Ia bahkan bertanya kepada anaknya tentang sekolah seperti apa yang akan ia buat lagi selanjutnya! Meskipun demikian, Tomoe Gakuen akan selalu menjadi kenangan manis dalam hidup siswa-siswanya, termasuk Totto-chan.
Tema dari novel ini sangatlah menarik, yaitu pendidikan. Novel ini adalah sebuah kejadian nyata dan dituliskan oleh Totto-chan sendiri, atau disebut juga Tetsuko Kuroyanagi. Karena latar belakang dari novel ini adalah sebuah pengalaman hidup yang nyata, deskripsi yang diberikan penulis begitu lengkap dan membuat kita seakan-akan turut berada di sana.
Penulis mengambil teknik penulisan yang sederhana dengan sudut pandang orang ketiga. Diselingi dengan ilustrasi yang lucu, novel ini sangatlah menarik untuk dibaca.
Penokohan yang digunakan oleh penulis tercermin melalui adegan-adegan nyata dan dialog yang diucapkan masing-masing karakter. Melalui novel ini, sang penulis juga mengenang teman-temannya di masa kanak-kanak yang masih lekat dalam ingatannya sebagai kenangan terindah yang tidak akan ia lupakan.
Kepiawaian penulis dalam menuliskan cerita sangat tampak dalam bahasanya sebagai seorang anak-anak. Meskipun saat ini Tetsuko sudah dewasa, ia seolah kembali ke masa kanak-kanaknya dan bercerita kepada para pembaca dengan begitu lancarnya.
Amanat yang terkandung dalam novel ini luar biasa banyaknya. Mulai dari kebijaksanaan sang ibu untuk tidak memberi tahu anaknya yang saat itu masih duduk di sekolah dasar kelas 1 bahwa ia telah dikeluarkan. Bayangkan apabila saat itu sang ibu malah menyalahkan Totto-chan? Ia pasti tidak dapat merasa begitu bersemangat dan menjalani hari dengan bahagia sejak hari pertamanya bersekolah di Tomoe Gakuen!
Sebagai pelajar, adakah seorang dari kita yang merasa begitu bersemangat dan tidak sabar menunggu pagi hanya untuk pergi ke sekolah? Beberapa di antara kita malah mungkin merasa muak dan malas untuk pergi ke sekolah. Rutinitas yang terasa membosankan, atau beragam faktor lainnya turut menghambat motivasi kita untuk pergi ke sekolah. Mari kita melihat para siswa dan siswi dari Tomoe Gakuen. Mereka begitu bersemangat untuk pergi ke sekolah. Menjalani metode pembelajaran yang memang membangkitkan rasa ingin tahu, bukan hanya sekadar memaparkan teori-teori saja. Inilah amanat yang harus diperhatikan oleh kita semua.
Amanat yang terkandung di dalam novel ini juga dapat diterapkan dalam membina jiwa pemimpin yang ada di dalam diri kita. Melalui sosok seorang kepala sekolah bernama Sosaku Kobayashi, kita dapat belajar tentang bagaimana berani untuk bertindak berbeda sesuai dengan keyakinan dan prinsip hidup masing-masing. Bagaimana beliau berani mencoba dan mempelajari sesuatu yang dianggap tidak biasa dengan beragam tanggapan dari orang-orang. Bagaimana beliau sebagai kepala sekolah mendekatkan diri dengan para anak muridnya melalui perhatian yang benar-benar tulus dari dalam hati. Juga tentang bagaimana untuk bersikap selalu tegar dalam situasi apa pun, termasuk ketika kita sedang mengalami kegagalan yang menurut kita sendiri adalah kegagalan terbesar dalam hidup. Pada akhirnya, saya sangat merekomendasikan novel ini untuk dibaca segala kalangan oleh karena segala nilai indah yang dapat kita petik darinya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo Coment aku yaa......